Rabu, 09 November 2016

Pembelajaran Aktif Individual dan Pembelajaran Aktif Kolaboratif



Pembelajaran Aktif Individual

Umumnya pembelajaran aktif individual diwujudkan dalam metode pemberian tugas mandiri seperti menyusun karagan berupa cerpen, membuat puisi, membuat rangkuman, membuat resensi, membut sinopsis, tugas membaca, membuat pea konsep, meringkas, dan lain-lain, yan dapat dikerjakan siswa secara mandiri. Umumnya diterapkan dan dikembangkan ditataran satuan pendidikan tingakt SMA/SMK ke bawah.
Teknik pembelajaran individual menurut Donald R. Paulson dan Jennifer L. Faust dapat diterapkan dengan mudah karena tidak memerlukan pengaturan kembali ruang kelas, atau pengaturan terhadap aliran proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Teknik-teknik pembelajaran berikut ini bergantung kepada skenario pembelajaran yang dirancang oleh guru. Sebenarnya teknik tersebut dapat diterapkan dalam pembelajaran kolaboratif ataupun pembelajaran kooperatif.
a.      Teknik Pembelajaran Kertas Satu Menit (One Minute Paper)
Teknik ini aslinya dikembangkan oleh Spencer Kagan dan diterapkan dalam pembelajaran kooperatif. Teknik pembelajaran ini merupakan teknik yang sangat efektif untuk mengukur kemajuan pembelajarn siswa, baik kemajuandalam pemahaman terhadap bahan ajar maupun kemajuan dalam emlakukan tanggapan terhadap bahan ajar. Gruu meminta siswa untuk mengeluarkan suatu kertas kosong lalu memberikan suatu pertanyaan baik yang jawabannya khas atau suatu pertanyaan berujung terbuka. Berikan kepada mereka satu hingga dua menit kesempatan untuk menjawabnya.
b.      Teknik Pembelajaran Butir Terjelas (Clearest Point)
Teknik ini adalah suatu variasi dari teknik kertas satu menit. Dalam teknik ini anda dapat memberikan wkatu yang lebih longgar (relatif lebih lama) kepada para siswa untuk menjawab suatu pertanyaan, misalnya dengan mengajukan pertanyaan “apakah butir terjelas atau esensi utama dari pembelajaran kali ini?” atau sebaliknya bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas bagi siswa. 
c.       Teknik Pembelajaran Tanggapan Aktif (Active Response)
Teknik ini meminta kepada para mahasiswa/siswa untuk melaporkan tanggapan mereka terhadap suatu fase tertentu dari bahan kuliah/bahan ajar. Teknik ini merupakan teknik yang baik untuk meminta penilaian para siswa terhadap teori evolusi.
d.      Teknik Pembelajaran Jurnal Harian (Daily Journal)
Pembelajaran dengan jurnal adalah suatu praktik penulisan atau pencatatan pada sebuah kertas (atau halaman dari suatu buku jurnal) tentang kumpulan pemikiran, pemahaman, dan penjelasan tentang sebuah gagasan atau konsep. Guru meminta para siswa untuk menyimpa jurnal tersebut dengan suatu kesepakatan dan pemahaman bahwa para siswa tersebut akan bertukar pikiran dengan guru tetang isi jurnal yang disusunnya. Kekurangan dari model ini adalah umpan balik yang diharapkan dari para siswa tidak dapat segera diperoleh pada hari itu juga.
e.       Teknik Pembelajaran Kuiz Bacaan (Reading Quiz)
Dalam teknik ini, guru mengajukan sejumlah pertanyaan dalam serangkaian kuis bacaan dengan maksud memberikan panduan terhadap siswa tentang butir-butir penting bahan ajar yang harus diamati dan ditelaahnya secara cermat. Teknik ini secara tidak langsung juga memksa guru untuk banyak membaca danmenelaah setiap bahan ajar dengan cermat (sebetulnya sudah menjadi kewajiban seorang guru).
f.       Teknik Pembelajaran Jeda untuk Penjelasan (Clarification Pauses)
Teknik ini menghafapkan siswa kepada situasi mendengarkan aktif selama proses pembelajarn. Dalam suatu sesi ceramah, setelah guru memaparkan butir-butir penting atau konsep kunci suatu bahan ajar, guru melakukan jeda, memberikan waktu kepada siswa untuk membangun struktur kognitifnya terkait bahan ajar yang baru saja didengarnya. Kemudian bertanya kepada siswa apakah perlu pejelasan lagi , atau guru dapat berkeliling kelas melihat-lihat catatan siswa. Para siswa dapat mengajukan pertanyaan pada saat jeda ini.
g.      Teknik pembelajaran tanggapan terhadap Demonstrasi (Response to a Demonstration)
Kegiatan ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan hal-hal apa saja yang baru dipelajari dari presentasi gurunya. Setelah guru melaksanakan kegiatan demonstrasi siswa diminta untuk membuat suatu paragraf yang dimulai dengan kalimat, misalnya: “Saya pada hari ini telah belajar tentang...”
h.      Teknik Pembelajaran Waktu Tunggu (wait Time)
Daripada memilih siswa yang akan menjawab pertanyaan yang diajukan guru, variasi ini sengaja memberikan waktu kepada guru untuk menunggu sebentar sebelum memina siswa menjawab suatu pertanyaan. Waktu tunggu yang disediakan guru tidaklah lama, sekitar 15 sampai 20 detik bergantung tingkat kesulitan bahan ajar.
i.        Teknik Pembelajaran Ringkasan Mahasiwa/Siswa (Student Summary)
Setelah salah satu siswa secara sukse menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, guru meminta siswa lain untuk membuat ringkasan atau mengemukakan butir-butir penting dari tanggapan siswa yang menjawab pertanyaan pertama tadi. Teknik ini bertujuan: a) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendengarkan secara aktif; b) agar siswa terbiasa untuk mendengarkan; c) melatih untuk terbiasa melakukan parafrasa (menyusun kalimat dengan bahasa sendiri).
j.        Teknik Mangkuk Ikan atau Akuarium (Fish Bowl)
Dalam teknik pembelajaran ini, guru memberikan sebuah kartu indeks pada masing-masing siswa, kemudian diminta untuk menuliskan sebuah pertanyaan di atas kartu indeks tersebut terkait bahan ajar yang baru saja diterimanya. Kemudian guru mengambil sejumlah kartu secara acak dan dapat menunjuk salah satu siswa untuk menjawab pertanyaan atau meminta seluuh kelas untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh salah satu temannya sendiri.
k.      Teknik Pembelajaran Pertanyaan Kuis/Tes (Quiz/Test Question)
Teknik pembelajarn ini, siswa diminta secara aktif terlibat dalam menciptakan kuis dan bahan-bahan tes yag akan digunakan sebagai bahan ulangan nantinya, bergantung pada einginan guru. Pertanyaan kuis dapat dituliskan dala sehelai kertas. Sebagai variasi dalam implementasi pembelajaran kolaboratif, siswa dapat diinta mendiskusikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan sendiri.
l.        Teknik Pembelajaran Kode Jari (Finger Signal)
Para siswa iberikn pertanyaan dan diinstruksiskan untuk menjawab pertayaan dengan cara mengangkat tangannya dan menunjukkan sejulah jari tangan ke atas sesuai kesepakatan antara guru dengan para siswa. Teknik ini memungkinkan guru menilai pengetahuan siswa terhadap materi pembelajaran selayang pandang. Kecuali mteknik pembelajaran yag dikembangkan oleh Donald R.paulson dan Jennifer L. Faust tersebut di atas, berdasarkan acuan lain ada lagi teknik pembelajaran aktif individual sebagai berikut.
m.    Setiap Siswa Dapat Jadi Guru (Everyone is a Teacher)
Esensi dari teknik pembelajarn ini pada hakikatnya seperti Teknik Pembelajaran Pertanyaan/Kuis di atas. Langkah-langkah pembeajarannya sebagai berikut:
a.       Bagikan sebuah kartu kepad setiap siswa dalam kelas
b.      Mintalah kepada para siswa untuk menuliskan sebuah pertanyaan yan paling akhir dielajari dari bidang studi yang baru saja diajarkan.
c.       Kumpulkan kartu ideks, lalu acaklah kartu-kartu indeks tersebut sedemikian rupa sebelum dibagikan kembali.
d.      Mintalah setiap siswa untuk membaca dan mencoba memikirkan jawaban daripertanyaan yang diajukan dalam kartu indeks
e.       Mintalahpara siswa secara sukarela atau menunjuknya untuk membaca dengan suara keras ertanyaan tersebut dan mencoba menjawabnya
f.       Setelah jawaban diberikn, mintalah siswa lain untuk menanggapinya.
g.      Lanjutkan sukarelawan hingga waktu habis
h.      Jika waktunya tidak cukup, pertanyaan yang belum terbaca dapat diterangkan oleh guru pada pembelajaran berikutnya    
n.      Pilah Kartu (Card Sort)
Pembelajaran ini juga menggunakan sebuah kartu indeks. Teknik ini sebenarnya merupakan gabungan antara teknik pembelajaran aktif individual dengan teknik pembelajaran kolaboratif atau teknik pembelajaran kooperatif bergantung kepada keinginan guru. Dalam pengajaran kelas, diperlukan ruang yang cukup longgar bagi para siswa untuk berkeliling di dalam ruang kelas.
a.       Bagikan kartu indeks kepada setiap siswa yang meliputi lebih dari satu macam kategori yang terkait dengan mata pelajaran
b.      Mintalah kepada pelajar untuk bergerak berkeliling kelas dan menemukan kartu dengan kategori yang sama.
c.       Peserta didik yang memiliki kartu indeks dengan kategori yang sama berkumpul.
d.      Para siswa dalam kategori yang sma bermusyawarah untuk menunjuk salah seorang di antara mereka mewakili kelompok melakukan presentasi di depan kelas
e.       Lakukan refleksi dengan mengungkap butir-butir penting dari setiap kategori bahan ajar.


Pembelajaran Kolaboratif
A.    Teori Pembelajaran yang melandasi Pembelajaran Kolaboratif
1.      Teori john Dewey
John Deweysecara terus menerus berargumen bahwa pendidikan dan pembelajaran adalah suatu proses sosial dan proses interaktif, sehingga sekolah itu sendiri merupakan suatu institusi sosial, tempat pembaharuan sosial yang dapat dan akan terus berkembang. Dewey meyakini bahwa para siswa perlu dihadapkan pada suatu lingkungan tempat mereka diberikan kesempatan untuk mengalami dan berinteraksi dengan kurikulum, dan seluruh siswa diberikan kesempatan untuk mengambil bagian dalam pembelajarannya sendiri.
2.       Teori Vygotsky
Teori Vygotsky beranggapan bahwa pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau  belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam  jangkauan kemampuannya (zone of proximal development, yaitu perkembangan kemampuan siswa sedikit di atas kemampuan yang sudah dimilikinya. Vygotsky juga menjelaskan bahwa  proses belajar terjadi pada dua tahap: tahap pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap berikutnya dilakukan secara individual yang di dalamnya terjadi proses internalisasi. Selama proses interaksi terjadi, baik antara guru-siswa maupun antar siswa, kemampuan seperti saling menghargai, menguji kebenaran pernyataan pihak lain, bernegosiasi, dan saling mengadopsi pendapat dapat berkembang.
3.      Teori Scaffolding dari Jerome S. Bruner
Seluruh interaksi pemberian bantuan dari orang yang lebih ahli kepada peserta didik pemula dapat dimaknai seabagai scaffolding. Secara harfiah scaffolding artinya adalah para-para, sebuah tangga tiga dimensi yang sering digunakan sebagai pijakan sementara oleh para tukang untuk membangun gedung. Contoh-contoh lain dari scaffolding antara lain: 1) apersepsi dan kontekstualisasi bahan ajar, 2) pemandu grafis seperti bagan, diagram, grafik, dll, 3) panduan seperti panduan mendengarkan, panduan memandang, 4) templates (bingkai tulis, suatu templates untuk menuliskan sesuatu) dan strory board.
4.      Teori Psikologi Humanistik (Humanistic Psychology)
Humanisme adalah aliran pemikiran yang meyakini bahwa makhluk manusia berbeda dari spesies lainnya dan memiliki kapasitas yang tidak terdapat pada binatang. Oleh karenanya, para humanis memberikan penekanan kepada perlunya kajian tentang kebutuhan dan minat manusia. Para psikolog humanis dikenali karena melihat para siswa sebagai seseorang yang mampu dan memiliki kebebasan untk mengamil inisiatif dan mengembangkan tujuan pembelajarannya sendiri, yang dilihatnya relevan dengan kebutuhan dan minat mereka. pembelajaran kolaboratif cocok dengan perspektif ini karena memberikan sisw suatu alternatif bagi timbulnya situasi kelas yang tidak hanya berfokus kepada guru.
B.     Pengertian Pembelajaran Kolaboratif,
Riset membuktikan bahwa para siswa, akan belajar dengan lebih baik jika mereka secaraaktif terlibat dalam proses pembelajaran dalam suatu kelompok-kelompok kecil. Terbukti hasil temuan sejumlah riset, seperti yang dilakukan Davis (1993), tanpa memandang apa bahan ajarnya, para siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil cenderung belajar lebih banyak tentang materi ajar dan mengingatnya lebih lama dibandingkan jika materi ajar tersebut dihadirkan dalam bentuk yang lain.
C.     Membangun Kolaboratif
Diskusi dalam kelompok kecil terbukti sebagai cara pembelajaran berbasis kolaborasi yang paling efektif. Kolaborasi akan efektif jika ruang kelas ditata sedemikian rupa sehingga tidak menggambarkan situasi klasikal, tetapi dapat berbentuk setengah lingkaran, huruf U, kelompok tatap muka empat-empat, setengah lingkaran ganda, dan lain sebagainya. Intinya harus diciptakan suasana interaktif, siswa aktif dengan komunikasi yang efektif selama pembelajaran kolaboratif.
D.    Manfaat Pembelajaran Kolaboratif
Banyak para ahli yang mengungkapkan manfaat yang dapat dipetik dari implementasi pembelajaran kolaboratif. Terkait dengan implementasi pendidikan karakter yang saat ini sedang digalakkan pengembangannya di sekolah-sekolah di Indonesia oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, penelitian di sejumlah negara telah membuktikan manfaat pembelajaran kolaboratif (termasuk pembelajaran kooperatif) sebagai metode implementasi pendidikan karakter. Berdasarkan pengalaman di sejumlah negara tersebut dengan metode pembelajaran kolaboratif minimal dapat dikembangkan nilai-nilai karakter, seperti: kerja sama, mandiri, terbuka, tenggang rasa, menghargai pendapat orang lain, berani berpendapat, santun dalam berbicara, analitis, kritis, logis, kreatif, dan dinamis.
E.     Contoh-contoh Teknik Pembelajaran Kolaboratif
1.      Teknik Pembelajaran Sebaya (peer learning)
a.       Buzz Group: suatu kelompok besar dibagi lagi menjadi kelompok kecil yang masing-masing terdiri dari 3-6 orang. Kadang-kadang buzz group disebut juga diskusi berkelompok. Seorang juru bicara ditunjuk untuk membuat laporan hasil diskusi kepada pleno kelompoknya.
b.      Kelompok Sindikat (syndicate group): hampir sama dengan buzz group, bedanya masing-masing kelompok kecil mendiskusikan suatu tugas tertentu yang berbeda-beda antar kelompok kecil
c.       Kelompok Afinitas (affinity group): kelompok terdiri dari 4-5 orang ditugasi menyelesaikan tugas di luar waktu dan tempat yang disediakan bagi kelompok formal.
d.      Kelompok Penyelesaian dan Kritik (solution and critic group): kelas dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ditugasi menyiapkan bahan-bahan presentasi dalam diskusi, kelompok lain ditugasi menyiapkan kritik terhadap apa yang disampaikan oleh kelompok penyaji.
e.       Kelompok Ajar-Tulis-Diskusi (teach-write-discuss group):
2.      Teknik Debat: dalam pelaksanaannya, kelas dibagi menjadi dua kelompok yang hampir sama persis jumlah anggotanya. Metode ini baik diimplementasikan untuk siswa SMA/SMK maupun mahasiswa perguruan tinggi yang secara konsep sudah cukup matang.
3.      Teknik Sel Belajar (Learning Cell): merupakan salah satu cara studi yang efektif dari kelompok berpasangan. Proses pembelajaran dimulai ketika salah satu siswa dalam pasangan mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasangannya.
4.      Teknik Reaksi terhadap Video (a reaction to video)
5.      Teknik Pengajaran Berbalasan (reciprocal teaching)
6.      TAPPS (thinking aloud pair problem solving)
7.      Teknik POE (predicy-observe-explain): teknik ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan siswa dalam melakukan prediksi secara individual.
8.      PDEODE (predict-discuss-explain-observe-discuss-explain): merupakan salah satu implementasi dari pembelajaran kolaboratif dan merupakan modifikasi dan pengembangan dari teknok POE. Strategi ini berbasis kepada siswa, dan menerapkan pembelajaran kolaboratif.
9.      Teknik POGIL (process-oriented guided-inquiry learning)
10.  Teknik Lima E (5Es Technique): teknik ini semula berkembang dalam pembelajaran sains, khususnya pembelajaran biologi. Istilah 5E terkait dengan urutan penyajian pembelajaran yang terdiri dari: Engage (libatkan), Explore (eksplorasi), Explain (jelaskan), Extend Elaborate (kembangkan), dan Evaluate (lakukan evaluasi)
11.  Teknik KWLH (Know-Want-Learned-How)
12.  Teknik Pemandu Grafis (Graphic Organizer Learning): teknik yang termasuk strategi pembelajaran berbasis guru maupun pembelajaran berbasis siswa.
a.       Peta Deskriptif atau peta tematik (thematic map)
b.      Pohon Jejaring (network tree)
c.       Peta Laba-laba (spider map)
d.      Peta Masalah dan Penyelesaian (problem and solution map)
e.       Ikhtisar Masalah-Penyelesaian (problem-solution-outline)
f.       Peta Kejadian Berurutan
g.      Grafik Tulang Ikan
h.      Bagan Komparatif dan Kontrastif
i.        Matriks Banding-Kontras
j.        Skala Kontinum
k.      Bagan Deret Rantai Kejadian
l.        Bagan Siklus
m.    Ikhtisar Interaksi Manusia
13.  Teknik Pembelajaran Peta Konsep
14.  Teknik CSCL (computer-supported-collaboative learning): pembelajaran ini merupakan implementasi kajian interdisipiner yang didukung riset di berbagai bidang seperti psikologi, ilmu komputer, dan ilmu pendidikan.
15.  Beberapa Teknik Pembelajaran Kolaboratif yang Dikembangkan oleh Northern Ireland Curriculum
a.       Teknik Beradu Punggung
b.      Teknik Pertimbangkan Semua Faktor
c.       Teknik Membentuk Kelompok
d.      Teknik Kolase
e.       Teknik Roda Konsekuensi
f.       Teknik Setiap Siswa Mengajar Satu Siswa Lain
g.      Teknik Piramida Prioritas

3 komentar:

  1. menarik sekali artikel nya :) :)
    bisa jadi tambahan pengetahuan nih




    ---
    Supplier Tas Batam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih, semoga dapat bermanfaat .. 😊

      Hapus
    2. Terimakasih, semoga dapat bermanfaat .. 😊

      Hapus