Pembelajaran Aktif Individual
Umumnya
pembelajaran aktif individual diwujudkan dalam metode pemberian tugas mandiri
seperti menyusun karagan berupa cerpen, membuat puisi, membuat rangkuman,
membuat resensi, membut sinopsis, tugas membaca, membuat pea konsep, meringkas,
dan lain-lain, yan dapat dikerjakan siswa secara mandiri. Umumnya diterapkan
dan dikembangkan ditataran satuan pendidikan tingakt SMA/SMK ke bawah.
Teknik
pembelajaran individual menurut Donald R. Paulson dan Jennifer L. Faust dapat
diterapkan dengan mudah karena tidak memerlukan pengaturan kembali ruang kelas,
atau pengaturan terhadap aliran proses pembelajaran yang sedang berlangsung.
Teknik-teknik pembelajaran berikut ini bergantung kepada skenario pembelajaran
yang dirancang oleh guru. Sebenarnya teknik tersebut dapat diterapkan dalam
pembelajaran kolaboratif ataupun pembelajaran kooperatif.
a.
Teknik
Pembelajaran Kertas Satu Menit (One Minute Paper)
Teknik ini
aslinya dikembangkan oleh Spencer Kagan dan diterapkan dalam pembelajaran
kooperatif. Teknik pembelajaran ini merupakan teknik yang sangat efektif untuk
mengukur kemajuan pembelajarn siswa, baik kemajuandalam pemahaman terhadap bahan
ajar maupun kemajuan dalam emlakukan tanggapan terhadap bahan ajar. Gruu
meminta siswa untuk mengeluarkan suatu kertas kosong lalu memberikan suatu
pertanyaan baik yang jawabannya khas atau suatu pertanyaan berujung terbuka.
Berikan kepada mereka satu hingga dua menit kesempatan untuk menjawabnya.
b.
Teknik
Pembelajaran Butir Terjelas (Clearest Point)
Teknik ini
adalah suatu variasi dari teknik kertas satu menit. Dalam teknik ini anda dapat
memberikan wkatu yang lebih longgar (relatif lebih lama) kepada para siswa
untuk menjawab suatu pertanyaan, misalnya dengan mengajukan pertanyaan “apakah
butir terjelas atau esensi utama dari pembelajaran kali ini?” atau sebaliknya
bertanya tentang hal-hal yang kurang jelas bagi siswa.
c.
Teknik
Pembelajaran Tanggapan Aktif (Active Response)
Teknik ini
meminta kepada para mahasiswa/siswa untuk melaporkan tanggapan mereka terhadap
suatu fase tertentu dari bahan kuliah/bahan ajar. Teknik ini merupakan teknik
yang baik untuk meminta penilaian para siswa terhadap teori evolusi.
d.
Teknik
Pembelajaran Jurnal Harian (Daily Journal)
Pembelajaran
dengan jurnal adalah suatu praktik penulisan atau pencatatan pada sebuah kertas
(atau halaman dari suatu buku jurnal) tentang kumpulan pemikiran, pemahaman,
dan penjelasan tentang sebuah gagasan atau konsep. Guru meminta para siswa
untuk menyimpa jurnal tersebut dengan suatu kesepakatan dan pemahaman bahwa
para siswa tersebut akan bertukar pikiran dengan guru tetang isi jurnal yang
disusunnya. Kekurangan dari model ini adalah umpan balik yang diharapkan dari
para siswa tidak dapat segera diperoleh pada hari itu juga.
e.
Teknik
Pembelajaran Kuiz Bacaan (Reading Quiz)
Dalam teknik
ini, guru mengajukan sejumlah pertanyaan dalam serangkaian kuis bacaan dengan
maksud memberikan panduan terhadap siswa tentang butir-butir penting bahan ajar
yang harus diamati dan ditelaahnya secara cermat. Teknik ini secara tidak
langsung juga memksa guru untuk banyak membaca danmenelaah setiap bahan ajar
dengan cermat (sebetulnya sudah menjadi kewajiban seorang guru).
f.
Teknik
Pembelajaran Jeda untuk Penjelasan (Clarification Pauses)
Teknik ini
menghafapkan siswa kepada situasi mendengarkan aktif selama proses pembelajarn.
Dalam suatu sesi ceramah, setelah guru memaparkan butir-butir penting atau
konsep kunci suatu bahan ajar, guru melakukan jeda, memberikan waktu kepada
siswa untuk membangun struktur kognitifnya terkait bahan ajar yang baru saja
didengarnya. Kemudian bertanya kepada siswa apakah perlu pejelasan lagi , atau
guru dapat berkeliling kelas melihat-lihat catatan siswa. Para siswa dapat
mengajukan pertanyaan pada saat jeda ini.
g.
Teknik
pembelajaran tanggapan terhadap Demonstrasi (Response to a Demonstration)
Kegiatan ini
memberikan kesempatan kepada siswa untuk merefleksikan hal-hal apa saja yang
baru dipelajari dari presentasi gurunya. Setelah guru melaksanakan kegiatan
demonstrasi siswa diminta untuk membuat suatu paragraf yang dimulai dengan
kalimat, misalnya: “Saya pada hari ini telah belajar tentang...”
h.
Teknik
Pembelajaran Waktu Tunggu (wait Time)
Daripada
memilih siswa yang akan menjawab pertanyaan yang diajukan guru, variasi ini
sengaja memberikan waktu kepada guru untuk menunggu sebentar sebelum memina
siswa menjawab suatu pertanyaan. Waktu tunggu yang disediakan guru tidaklah
lama, sekitar 15 sampai 20 detik bergantung tingkat kesulitan bahan ajar.
i.
Teknik
Pembelajaran Ringkasan Mahasiwa/Siswa (Student Summary)
Setelah salah
satu siswa secara sukse menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru, guru
meminta siswa lain untuk membuat ringkasan atau mengemukakan butir-butir
penting dari tanggapan siswa yang menjawab pertanyaan pertama tadi. Teknik ini
bertujuan: a) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam mendengarkan secara
aktif; b) agar siswa terbiasa untuk mendengarkan; c) melatih untuk terbiasa
melakukan parafrasa (menyusun kalimat dengan bahasa sendiri).
j.
Teknik Mangkuk
Ikan atau Akuarium (Fish Bowl)
Dalam teknik
pembelajaran ini, guru memberikan sebuah kartu indeks pada masing-masing siswa,
kemudian diminta untuk menuliskan sebuah pertanyaan di atas kartu indeks
tersebut terkait bahan ajar yang baru saja diterimanya. Kemudian guru mengambil
sejumlah kartu secara acak dan dapat menunjuk salah satu siswa untuk menjawab
pertanyaan atau meminta seluuh kelas untuk menjawab pertanyaan yang diajukan
oleh salah satu temannya sendiri.
k.
Teknik
Pembelajaran Pertanyaan Kuis/Tes (Quiz/Test Question)
Teknik
pembelajarn ini, siswa diminta secara aktif terlibat dalam menciptakan kuis dan
bahan-bahan tes yag akan digunakan sebagai bahan ulangan nantinya, bergantung
pada einginan guru. Pertanyaan kuis dapat dituliskan dala sehelai kertas.
Sebagai variasi dalam implementasi pembelajaran kolaboratif, siswa dapat diinta
mendiskusikan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang mereka ajukan sendiri.
l.
Teknik Pembelajaran
Kode Jari (Finger Signal)
Para siswa
iberikn pertanyaan dan diinstruksiskan untuk menjawab pertayaan dengan cara
mengangkat tangannya dan menunjukkan sejulah jari tangan ke atas sesuai
kesepakatan antara guru dengan para siswa. Teknik ini memungkinkan guru menilai
pengetahuan siswa terhadap materi pembelajaran selayang pandang. Kecuali
mteknik pembelajaran yag dikembangkan oleh Donald R.paulson dan Jennifer L.
Faust tersebut di atas, berdasarkan acuan lain ada lagi teknik pembelajaran
aktif individual sebagai berikut.
m.
Setiap Siswa
Dapat Jadi Guru (Everyone is a Teacher)
Esensi dari
teknik pembelajarn ini pada hakikatnya seperti Teknik Pembelajaran
Pertanyaan/Kuis di atas. Langkah-langkah pembeajarannya sebagai berikut:
a.
Bagikan sebuah kartu kepad setiap
siswa dalam kelas
b.
Mintalah kepada para siswa untuk
menuliskan sebuah pertanyaan yan paling akhir dielajari dari bidang studi yang
baru saja diajarkan.
c.
Kumpulkan kartu ideks, lalu acaklah
kartu-kartu indeks tersebut sedemikian rupa sebelum dibagikan kembali.
d.
Mintalah setiap siswa untuk membaca
dan mencoba memikirkan jawaban daripertanyaan yang diajukan dalam kartu indeks
e.
Mintalahpara siswa secara sukarela
atau menunjuknya untuk membaca dengan suara keras ertanyaan tersebut dan
mencoba menjawabnya
f.
Setelah jawaban diberikn, mintalah
siswa lain untuk menanggapinya.
g.
Lanjutkan sukarelawan hingga waktu
habis
h.
Jika waktunya tidak cukup,
pertanyaan yang belum terbaca dapat diterangkan oleh guru pada pembelajaran
berikutnya
n.
Pilah Kartu (Card
Sort)
Pembelajaran
ini juga menggunakan sebuah kartu indeks. Teknik ini sebenarnya merupakan
gabungan antara teknik pembelajaran aktif individual dengan teknik pembelajaran
kolaboratif atau teknik pembelajaran kooperatif bergantung kepada keinginan
guru. Dalam pengajaran kelas, diperlukan ruang yang cukup longgar bagi para
siswa untuk berkeliling di dalam ruang kelas.
a.
Bagikan kartu indeks kepada setiap
siswa yang meliputi lebih dari satu macam kategori yang terkait dengan mata
pelajaran
b.
Mintalah kepada pelajar untuk
bergerak berkeliling kelas dan menemukan kartu dengan kategori yang sama.
c.
Peserta didik yang memiliki kartu
indeks dengan kategori yang sama berkumpul.
d.
Para siswa dalam kategori yang sma
bermusyawarah untuk menunjuk salah seorang di antara mereka mewakili kelompok
melakukan presentasi di depan kelas
e.
Lakukan refleksi dengan mengungkap
butir-butir penting dari setiap kategori bahan ajar.
Pembelajaran
Kolaboratif
A.
Teori Pembelajaran yang melandasi
Pembelajaran Kolaboratif
1.
Teori john Dewey
John Deweysecara terus menerus berargumen
bahwa pendidikan dan pembelajaran adalah suatu proses sosial dan proses
interaktif, sehingga sekolah itu sendiri merupakan suatu institusi sosial,
tempat pembaharuan sosial yang dapat dan akan terus berkembang. Dewey meyakini
bahwa para siswa perlu dihadapkan pada suatu lingkungan tempat mereka diberikan
kesempatan untuk mengalami dan berinteraksi dengan kurikulum, dan seluruh siswa
diberikan kesempatan untuk mengambil bagian dalam pembelajarannya sendiri.
2.
Teori Vygotsky
Teori Vygotsky beranggapan
bahwa pembelajaran terjadi apabila anak-anak bekerja atau belajar
menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada
dalam jangkauan kemampuannya (zone of proximal development, yaitu
perkembangan kemampuan siswa sedikit di atas kemampuan yang sudah dimilikinya.
Vygotsky juga menjelaskan bahwa proses belajar terjadi pada dua tahap:
tahap pertama terjadi pada saat berkolaborasi dengan orang lain, dan tahap
berikutnya dilakukan secara individual yang di dalamnya terjadi proses
internalisasi. Selama proses interaksi terjadi, baik antara guru-siswa
maupun antar siswa, kemampuan seperti saling menghargai, menguji kebenaran pernyataan
pihak lain, bernegosiasi, dan saling mengadopsi pendapat dapat berkembang.
3.
Teori Scaffolding dari Jerome S.
Bruner
Seluruh
interaksi pemberian bantuan dari orang yang lebih ahli kepada peserta didik
pemula dapat dimaknai seabagai scaffolding. Secara harfiah scaffolding
artinya adalah para-para, sebuah tangga tiga dimensi yang sering digunakan
sebagai pijakan sementara oleh para tukang untuk membangun gedung.
Contoh-contoh lain dari scaffolding antara lain: 1) apersepsi dan
kontekstualisasi bahan ajar, 2) pemandu grafis seperti bagan, diagram, grafik,
dll, 3) panduan seperti panduan mendengarkan, panduan memandang, 4) templates
(bingkai tulis, suatu templates untuk menuliskan sesuatu) dan strory
board.
4.
Teori Psikologi Humanistik (Humanistic
Psychology)
Humanisme adalah aliran pemikiran yang meyakini bahwa
makhluk manusia berbeda dari spesies lainnya dan memiliki kapasitas yang tidak
terdapat pada binatang. Oleh karenanya, para humanis memberikan penekanan
kepada perlunya kajian tentang kebutuhan dan minat manusia. Para psikolog
humanis dikenali karena melihat para siswa sebagai seseorang yang mampu dan
memiliki kebebasan untk mengamil inisiatif dan mengembangkan tujuan
pembelajarannya sendiri, yang dilihatnya relevan dengan kebutuhan dan minat
mereka. pembelajaran kolaboratif cocok dengan perspektif ini karena memberikan
sisw suatu alternatif bagi timbulnya situasi kelas yang tidak hanya berfokus
kepada guru.
B.
Pengertian Pembelajaran
Kolaboratif,
Riset membuktikan bahwa para siswa, akan belajar dengan lebih baik
jika mereka secaraaktif terlibat dalam proses pembelajaran dalam suatu
kelompok-kelompok kecil. Terbukti hasil temuan sejumlah riset, seperti yang
dilakukan Davis (1993), tanpa memandang apa bahan ajarnya, para siswa yang
bekerja dalam kelompok-kelompok kecil cenderung belajar lebih banyak tentang
materi ajar dan mengingatnya lebih lama dibandingkan jika materi ajar tersebut
dihadirkan dalam bentuk yang lain.
C.
Membangun Kolaboratif
Diskusi dalam kelompok kecil terbukti sebagai cara pembelajaran
berbasis kolaborasi yang paling efektif. Kolaborasi akan efektif jika ruang
kelas ditata sedemikian rupa sehingga tidak menggambarkan situasi klasikal,
tetapi dapat berbentuk setengah lingkaran, huruf U, kelompok tatap muka
empat-empat, setengah lingkaran ganda, dan lain sebagainya. Intinya harus
diciptakan suasana interaktif, siswa aktif dengan komunikasi yang efektif
selama pembelajaran kolaboratif.
D.
Manfaat Pembelajaran Kolaboratif
Banyak para ahli yang mengungkapkan manfaat yang dapat dipetik dari
implementasi pembelajaran kolaboratif. Terkait dengan implementasi pendidikan
karakter yang saat ini sedang digalakkan pengembangannya di sekolah-sekolah di
Indonesia oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, penelitian di sejumlah
negara telah membuktikan manfaat pembelajaran kolaboratif (termasuk
pembelajaran kooperatif) sebagai metode implementasi pendidikan karakter.
Berdasarkan pengalaman di sejumlah negara tersebut dengan metode pembelajaran
kolaboratif minimal dapat dikembangkan nilai-nilai karakter, seperti: kerja
sama, mandiri, terbuka, tenggang rasa, menghargai pendapat orang lain, berani
berpendapat, santun dalam berbicara, analitis, kritis, logis, kreatif, dan
dinamis.
E.
Contoh-contoh Teknik Pembelajaran
Kolaboratif
1.
Teknik Pembelajaran Sebaya (peer
learning)
a.
Buzz Group: suatu
kelompok besar dibagi lagi menjadi kelompok kecil yang masing-masing terdiri
dari 3-6 orang. Kadang-kadang buzz group disebut juga diskusi
berkelompok. Seorang juru bicara ditunjuk untuk membuat laporan hasil diskusi
kepada pleno kelompoknya.
b.
Kelompok Sindikat (syndicate
group): hampir sama dengan buzz group, bedanya masing-masing
kelompok kecil mendiskusikan suatu tugas tertentu yang berbeda-beda antar
kelompok kecil
c.
Kelompok Afinitas (affinity
group): kelompok terdiri dari 4-5 orang ditugasi menyelesaikan tugas di
luar waktu dan tempat yang disediakan bagi kelompok formal.
d.
Kelompok Penyelesaian dan Kritik (solution
and critic group): kelas dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama
ditugasi menyiapkan bahan-bahan presentasi dalam diskusi, kelompok lain
ditugasi menyiapkan kritik terhadap apa yang disampaikan oleh kelompok penyaji.
e.
Kelompok Ajar-Tulis-Diskusi (teach-write-discuss
group):
2.
Teknik Debat: dalam pelaksanaannya,
kelas dibagi menjadi dua kelompok yang hampir sama persis jumlah anggotanya.
Metode ini baik diimplementasikan untuk siswa SMA/SMK maupun mahasiswa
perguruan tinggi yang secara konsep sudah cukup matang.
3.
Teknik Sel Belajar (Learning
Cell): merupakan salah satu cara studi yang efektif dari kelompok
berpasangan. Proses pembelajaran dimulai ketika salah satu siswa dalam pasangan
mengajukan sejumlah pertanyaan kepada pasangannya.
4.
Teknik Reaksi terhadap Video (a
reaction to video)
5.
Teknik Pengajaran Berbalasan (reciprocal
teaching)
6.
TAPPS (thinking aloud pair
problem solving)
7.
Teknik POE (predicy-observe-explain):
teknik ini bertujuan untuk mengungkap kemampuan siswa dalam melakukan prediksi
secara individual.
8.
PDEODE (predict-discuss-explain-observe-discuss-explain):
merupakan salah satu implementasi dari pembelajaran kolaboratif dan merupakan
modifikasi dan pengembangan dari teknok POE. Strategi ini berbasis kepada
siswa, dan menerapkan pembelajaran kolaboratif.
9.
Teknik POGIL (process-oriented
guided-inquiry learning)
10.
Teknik Lima E (5Es Technique):
teknik ini semula berkembang dalam pembelajaran sains, khususnya pembelajaran
biologi. Istilah 5E terkait dengan urutan penyajian pembelajaran yang terdiri
dari: Engage (libatkan), Explore (eksplorasi), Explain (jelaskan),
Extend Elaborate (kembangkan), dan Evaluate (lakukan
evaluasi)
11.
Teknik KWLH (Know-Want-Learned-How)
12.
Teknik Pemandu Grafis (Graphic
Organizer Learning): teknik yang termasuk strategi pembelajaran berbasis
guru maupun pembelajaran berbasis siswa.
a.
Peta Deskriptif atau peta tematik (thematic
map)
b.
Pohon Jejaring (network tree)
c.
Peta Laba-laba (spider map)
d.
Peta Masalah dan Penyelesaian (problem
and solution map)
e.
Ikhtisar Masalah-Penyelesaian (problem-solution-outline)
f.
Peta Kejadian Berurutan
g.
Grafik Tulang Ikan
h.
Bagan Komparatif dan Kontrastif
i.
Matriks Banding-Kontras
j.
Skala Kontinum
k.
Bagan Deret Rantai Kejadian
l.
Bagan Siklus
m.
Ikhtisar Interaksi Manusia
13.
Teknik Pembelajaran Peta Konsep
14.
Teknik CSCL (computer-supported-collaboative
learning): pembelajaran ini merupakan implementasi kajian interdisipiner
yang didukung riset di berbagai bidang seperti psikologi, ilmu komputer, dan
ilmu pendidikan.
15.
Beberapa Teknik Pembelajaran
Kolaboratif yang Dikembangkan oleh Northern Ireland Curriculum
a.
Teknik Beradu Punggung
b.
Teknik Pertimbangkan Semua Faktor
c.
Teknik Membentuk Kelompok
d.
Teknik Kolase
e.
Teknik Roda Konsekuensi
f.
Teknik Setiap Siswa Mengajar Satu
Siswa Lain
g.
Teknik Piramida Prioritas
menarik sekali artikel nya :) :)
BalasHapusbisa jadi tambahan pengetahuan nih
---
Supplier Tas Batam
Terimakasih, semoga dapat bermanfaat .. 😊
HapusTerimakasih, semoga dapat bermanfaat .. 😊
Hapus